Postingan

Tempat untuk menyerah

Nanti kalau kamu ada di hutan belantara jangan teriak terlalu kencang Siapa lagi yang akan mendengar kecuali nanti gema suara Kembali ke gendang telinga Hati yang berbicara pada nurani berharap ada interaksi Jawaban tentang kenapa mereka diam Jangan ditanya kenapa keadaan sedikit tidak adil Dirimu sendiri yang payah Yang goyah dengan pikiran pikiran buruk Yang diam dibalik jeruji yang kamu buat sendiri Kenapa dunia luar jadi semakin tak ada? Suara suara ini apa gunanya? Hanya untuk di pendam sendiri? Lambat laun nanti lelah yang akan membesar Kemudian jati diri mu hilang Sudah mari berkeluh sepuasnya Dihutan ini hanya ada makhluk yang mencoba bertahan hidup Mereka juga ingin menyerah Tapi embun – embun , kicauan burung , sinar matahari masih terus terbit setiap hari Hari ini tak ada kesempatan untuk menyerah lagi  

Adinda butuh bantuan

 hujan turun menggambarkan perasaan sendu dengan membawa udara dingin tanpa selimut nya, nanti mereka sedih diterpa sesuatu yang tak tahu cara ampuni nya,  malam diterjang badai yang tak di undang oleh siapa pun di bumi, gelap gulita dan perasaan takut akan selalu ada di benak nya, jauh dari kata menyerah, dia imbang bersama ribuan ketakutan nya  lalu dihampiri rasa cemas tentang esok yang tak pernah jelas, upaya nya lebih dari ribuan kali menahan badai untuk sekedar tetap menyala di kegelapan, sayang nya tak lama lagi dia harap padam jua, saat semua badan gemetar, mulut nya bisu untuk jelaskan alasan atau perasaan apa yang menerpa nya malang sekali nasib adinda, selama masih ada akal waras nya walaupun sedikit dia coba tetap berpijak dan bersujud dengan segala ampunan dan berharap bantuan segera datang

dewasa ini

 saya si lemah yang akhirnya menyambangi tempat usang ini lagi, berharap bisa sekedar mendeskripsikan perasaan yang mengombang ambingkan diri saya sendiri dalam kelam yang selalu berkelanjutan. saya si kuat yang selalu bangun setiap pagi dan bertanya apalagi tujuan membuka mata hari ini. saya selalu menunggu ketenangan yang orang bilang saat saya sedang ketakutan akan suatu hal, sayangnya saya lupa seperti apa ketenangan yang mereka maksud. saya yang merasa sembuh dengan usaha yang sudah selalu saya lakukan setiap saat namun gagal, nyatanya jauh dari kata sembuh. saya yang gapernah berharap sama sekali untuk merasakan kesedihan lebih dari 2 tahun berturut turut, atau perasaan bersalah, atau kecemasan tanpa makna. saya yang selalu melakukan yang terbaik, namun saya rasa nihil dimata manusia lain, lalu mereka menganggap semua kesdihan ini dibuat-buat atau dibandingkan dengan derita mereka. saya juga bukan berharap kesedihan ini bersarang di dalam diri saya sendiri untuk kemudian berkemba

Aku kehilangan diriku sendiri

haiii selamat malam menjelang petang! kenapa aku sebut begitu? ya... sebab kedua waktu tersebut adalah masa-masa dimana merasa kritis, seperti kapal ditengah laut yang porak poranda sebab ombak pasang nya tiba-tiba datang tanpa menyapa, kenapa? selalu itu alurnya? selalu tentang dipermainkan dan terlihat seperti tak ada harganya? apa? bagimu biasa saja? tak ada dipikiran mu sama sekali tentang rasa bersalah? tetang iba? tentang bagaimana bisa manusia hacur lebur mngalahkan ledakan gunung erupsi. Sudah sudah, aku tak bermaksud menyalahkan mu. Aku hanya terenyuh saat manusia disekitarku yang merasa bersalah atas semua yang terjadi paadaku sedang kau disana mencari obat lainnya untuk kau abisi nyawanya, mengulang cerita dengan manusia lain dan tujuan yang sama yaitu menyembuhkan lukamu yang tak akan pernah ada habisnya karna dirimu sendiri enggan mengakuinya. Hebat bukan? manusia-manusia ini sekarang sudah kumiliki lagi setelah kau rampas aku jadi ampas yang tak berarti di dasar secan

Perihal Pelik

Maaf, Kata yang ingin aku ucap ulang seribu kali di depan mata dan di dengar telinga mu. Aku yang harusnya jadi peredam disetiap amarahmu. Aku yang harusnya bisa menyuguhkan hangat di setiap dingin malam mu. Tapi, Malah aku yang menyulut dan buat berapi-api. Malah aku yang bukan jadi penenang di riuh mu. Kenapa aku begitu menyulitkan sulit nya hidupmu? Aku ingin mengulang lagi kata pertama di sajak ini pada bait berikutnya, bahkan hingga bait terakhir dalam hidup ku. Aku mau kamu jadi alasan untuk membuka mata dan melanjutkan hidup, iya, betul aku sungguh butuh peluk dari semua pelik yang terjadi. Tapi maaf aku harus mendeklarasikan ke-apatisan lagi. Aku mau peluk dari semua pelik yang kamu bawa, aku terima lapang dada, aku mau kita berbenah bersama.  Kalau bisa seribu tahun ditambah seribu tahun lagi aku mau bersama mu tanpa ada JARAK dan perbedaan sepersekian WAKTU. Aku benci kedua nya! mereka tak suka lihat kita bersama dalam satu tenda. Yang aku mau han

Terjebak "fana"

Hallo, selamat datang di dunia ini! Pertama-tama harus sedikit ada penjelasan. Bahwa tak semua nyata, sebab ada beberapa yang fana. Hahahah jangan terlihat seperti terkejut! Bahkan kamu pernah di dalam ke "fana" an mu sendiri, bahkan kamu mendklarasikan rintihan lelahmu sendiri! Tapi mana? Tapi kapan kamu mau menyerah? Besok?lusa? Atau tak pernah?! Ingkar janji yang selalu diandalkan padahal hanya membuag terus dalam lingkaran setan. Padahal ingin enyah, namun enggan karna kelihatan nya meyakinkan. Sekali lagi, tak ada yang serba nyata! Ingat mengenai hal fana yang tadi, yang aku pun tak ada cukup waktu untuk menjelaskan.

Retorika

Setiap pagi matahari datang aku anggap sebagai undangan untuk memikirkan mu di hari itu, sebagai rutinitas yang selalu aku sisihkan dari 24jam keharusan lainnya yang wajib dilakukan. Mungkin bagi sebagian orang mereka berhenti berharap datang nya matahari sebagai harapan bahwa masih ada yang harus dijadikan pangkuan walau hanya dalam bayangan. Layaknya senja, dia bersedia menjadi perantara antara siang dan malam yang terjadi setiap harinya. Aku beri nasihat kepada senja atau relawan lain yang entah menunggu siang atau malam nya mereka. Meskipun tau perantara selalu jadi bagian terpenting dalam sebuah relasi. Aku anggap perpisahan mu dengan siang waktu itu berbuah hasil untuk sekedar menyadari bahwa meskipun senja yang datang lebih sementara dari siang namun ia berseri merah merekah. Menggambarkan kekuatan antar keduanya seraya berbicara dengan lantang "aku merelakan malam sebagai pasangan siangku terdahulu". Aku merelakan siang untuk menemani keseharian orang yang membutuhkan